save world

Rabu, 23 Desember 2009

DIKSAR RIMBAWANA Menderap Kader Pemimpin Yang Bertanggung Jawab

Kegiatan Diklatsar Sangat mempersiapkan Segala Mental dan juga Fisik Anggota CR (Calon Rimba). Diksar kai ini sangatlah bebeda dengan sebelumnya disini lebih  mengaplikasikan materi yang didapatkan sebagai modal utama dalam pengaplikasian didalam kegiatan nanti. saat ini Pengurus "RIMBAWANA" sedang memuouk bagai mana sistem keengurusan dalam menanggapi kegiatan tahunan itu? apakah adanya perbedaan Rute, sistem pelaksanaan atau mungkin perubahan yang telah di buat dengan hasil MUSANG (Musyawarah Anggota)?
Saya selaku Ketua Adat Rimbawana UPI Kampus Cibiru, bertekad untuk mencoba dengan pendekatan Konstruktivis menggerakan anggota Musa (CR) maupung Kepengurusan Rimbawana juga, karena demi tercapainya tujuan dari adanya UKM/Organisasi ini. Langkah awal menghadapi DIKSAR dengan memberikan materi kealaman juga tentang bagai mana cara gidup kita saat berbaur dengan dunia alam luar. selanjutnya menjalankan Program latihan rutin di Zona Kampus Biru tercinta.
Kemudian perencanaan program Disar dengan mengadakan rapat Intern pengurus rimba yang nantinya menghasilkan butir-butir apa saja yang akan kita canangkan dalam DIKSAR nanti.
kiranya persiapan di bulan sekarang itu saja untuk notulen Pengembangan Organisasi (PO).
Saya tekankan kepada seluruh anggota CR, juga Pengurus, dan Anggota Dewan Kehormatan Beserta BPR (Badan Pengawas Rimbawana) agar Ikut serta mensukseskan Kegiatan DIKSAR 2010 nanti.
akhir kata dari saya atas nama "Ketua Adat Rimbawana" Salam Rimba........Go to Succes

Minggu, 20 Desember 2009

Pengelolaan Sampah, Mulai dari Lingkungan Terkecil



KEMAUAN untuk mengurangi sampah dan kearifan dalam mengelola sampah harus menjadi bagian dari kesadaran individu. Sudahkah Anda membuang sampah pada tempatnya? Tiada hari tanpa sampah.
Setiap hari, bahkan setiap detik, selalu ada saja benda yang terbuang dan menjadi sampah. Dari sisa makanan, puntung rokok, plastik wadah makanan, botol minuman, hingga kaleng bekas. Tak heran bila sampah di Jakarta saja beratnya mencapai 6.000 ton per hari, atau setara dengan setengah volume Candi Borobudur (volume Borobudur sekitar 55.000 meter kubik).

Sampah bila dibuang di tempat yang semestinya mungkin tidak begitu masalah. Namun, bagaimana dengan sampah-sampah yang terserak di jalanan atau tersumbat di saluran air dan sungai?

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta mencatat, 28 persen sampah Jakarta yang tidak terangkut masuk ke dalam selokan. Ditambah lagi dengan dua per tiga area drainase yang dipenuhi sedimentasi, maka sudah sepatutnya banjir menjadi ancaman.

Membuang sampah pada tempatnya adalah bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang bisa dipelajari dan dibiasakan. Masalahnya, mengubah perilaku tak semudah membalik telapak tangan. Ironisnya lagi, kebiasaan membuang sampah sembarangan telah menjadi "budaya" yang diwariskan dan dianggap lumrah.

Simaklah kejadian pada suatu siang di stasiun kereta api Tebet, Jakarta Selatan. Seorang ibu sedang menunggu kereta api bersama dua anaknya yang masih usia TK. Si anak perempuan tampak merengek minta jajan. Si ibu pun mengeluarkan beberapa lembar permen karet.

Dibukanya bungkus permen karet satu per satu, lalu diselipkan isinya ke mulut putrinya, kemudian putranya, dan terakhir untuk dirinya sendiri. Sejurus kemudian apa yang terjadi? Dengan entengnya, si ibu membuang sembarangan tiga lembar kertas pembungkus permen karet tepat di hadapan kedua buah hatinya.

Kejadian tersebut adalah kenyataan yang kerap dijumpai sehari-hari dan cenderung dianggap hal biasa. Padahal, efeknya bisa jangka panjang dan terbawa sampai si anak dewasa kelak. Ya, anak adalah peniru ulung. Perilaku yang dilakukan di depan anak-anak, apalagi berulang-ulang, maka secara sadar ataupun tidak akan ditiru.

Maka jangan heran, bila suatu ketika anak dengan cuek-nya membuang bungkus kacang lewat jendela kaca mobil yang ditumpanginya, atau tanpa rasa bersalah melempar kulit pisang di halaman rumah tetangganya.

Psikolog anak dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Wahyuni Kristinawati mengatakan, ajaran membuang sampah pada tempatnya bisa dilakukan sedini mungkin sejak anak sudah memahami instruksi sederhana (usia 1,5?2 tahun). Sebagai penunjang, jangan lupa menyediakan tempat sampah di rumah yang mudah dijangkau anak.

"Metode yang dipakai pun bisa berbeda untuk tiap tahapan usia. Untuk anak TK caranya bisa sambil bermain peran, sedangkan anak SD umumnya sudah bisa diajak bicara atau berdiskusi untuk anak yang lebih besar," ujarnya.

Selain melalui obrolan atau nasihat, kata Yuni,anak juga harus dilatih untuk peka dan merasakan sendiri bahwasanya lingkungan yang bersih tanpa sampah itu ternyata memang jauh lebih enak dibanding lingkungan yang berserakan sampah.

"Istilahnya natural reinforcement, semacam penguat natural yang melekat pada suatu perilaku. Kalau ini sudah tertanam, otomatis anak akan merasa risih sendiri saat berhadapan dengan lingkungan yang kotor," tandasnya.

"Berdasarkan pengalaman, anak-anak usia sekolah umumnya lebih responsif untuk diajarkan pendidikan kesehatan lingkungan. Kalau orang dewasa, selepas pendidikan biasanya hanya beberapa saja yang tersadar, belum menjadi semacam gerakan yang masif," timpal aktivis lingkungan dari RMI "The Indonesian Institute for Forest and Environment", Nani Saptariani.

Nani yang kerap melakukan penelitian dan penyuluhan lingkungan di sejumlah desa di Jawa Barat itu mengungkapkan bahwasanya saat ini sampah tidak hanya menjadi masalah di perkotaan, pedesaan pun menghadapi kondisi serupa. Dulu, kata Nani, orang desa umumnya memiliki tungku yang berfungsi untuk memasak sekaligus membakar sampah nonorganik.

"Nah, sekarang tungku di desadesa juga sudah digantikan dengan kompor gas, padahal sampah masih akan terus ada. Untuk itu diperlukan pengorganisasian ke masyarakat, mulai yang terkecil misalnya pengelolaan sampah berbasis RW (rukun warga)," paparnya.

Direktur Eksekutif Walhi Jakarta Ubaidillah sepakat akan perlunya pendidikan berkesinambungan perihal penanganan sampah yang bijak, karena bagaimanapun sampah akan terus berproduksi dan tidak mustahil jadi berpolusi jika pengelolaannya tidak baik. Ambil contoh korosi sampah logam dapat mencemari tanah dan kualitas air tanah di dalamnya.

"Sampah berasal dari masyarakat, maka masyarakat jugalah yang harus berupaya menyelesaikan masalahnya," katanya.

Sebagai catatan, proporsi sampah yang berasal dari rumah tangga merupakan yang tertinggi, yakni mencapai 53 persen. Untuk itu, keluarga (rumah tangga) sebagai elemen terkecil masyarakat harus memulai upaya bijak ini. Pengelolaan sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah.

Pengurangan sampah bisa berupa pembatasan timbulan sampah (reduce), pendauran ulang sampah (recycle), dan pemanfaatan kembali sampah (reuse).

Sementara tindakan penanganan sampah meliputi pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

"Pemilahan sampah semestinya terdiri atas tiga, yaitu sampah organik yang mudah terurai; sampah nonorganik yang sulit terurai; dan sampah berbahaya semisal botol bekas obat serangga dan oli," saran Ubaidillah. (Koran SI/Koran SI/nsa)

Jumat, 18 Desember 2009

KETUA ADAT RIMBAWANA PERIODE 2010

Dasarnya...Tak mau dipilih namun akhirnya terpilih..
Jum'at 18 Desember 2009
saat ku hadiri acara MUSANG (musawarah Anggota) Sepantasnya datang sebagai Dewan Kehormatan Rimbawana (BPR) atau disebur Badan Pengawas Rimbawana. disini aku duduk berdiskusi tentang perjalanan kedepan. setelah samapi pada tujuannya tatkala adanya sebuah komitmen yang harus dan siap digalakan yaitu pemilihan KETUA ADAT RIMBAWANA UPI KAMPUS CIBIRU periode 2010.
Inilah Hadiah yang OM smile'z dapatkan dengan hasil pemungutan suara akhirnya aku terpilih sebgai ketua adat menggantikan Ketua Adat masa transisi Teguh Ibrahim. Semoga bisa melangkah kedepan dengan Motto "Eksistensi bukanlah Pamer Namun Eksistensi jadikan sebuah silaturahmi dan keberhasilan" semoga bisa melanjutkan masa aktif di Rimbawana UPI Kampus Biru ini. amin. dengan dalih ingin memajukan pengawasan terhadap Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam ini OM beserta JAJARANNYA melangkah ke hari yang terang membawa jiwa-jiwa pembaharu dan menjadikannya pengajar-pendidik yang unggul dan berkompetensi.
Keluargaku, Teman, Rekan, Sobat, Saudara" Ku Do'a restumulah yang ku ingin kan sebagai asas keberhasilan serta kesuksesan yang menanti dihari depan.... SEMANGAAAATTTTT!!!!!

Jumat, 11 Desember 2009

MARS KOPMA UPI CIBIRU

Majulah Kopma UPI Kampus Cibiru
Giat belajar semangat selalu
bersama KOPMA UPI Kampus Cibiru
Cermat bekerja, saling membahu
berwira usaha, bekerjasama
Galang investasi cita dan ilmu
Majulah KOPMA UPI Kampus Cibiru
Giat belajar semangat selalu
Bersama KOPMA UPI Kampus Cibiru
Cermat bekerja saling membahu
menggapai cita, rukun sejahtera
Insane muda koperasi Indonesia
Majulah KOPMA UPI KAMPUS CIBIRU
wahana juang bersatu padu
maju bersama UPI Kampus Cibiru
Giat tekad ku selalu
Giat semangat tekadku selalu
Kreatif Berkarya daya usaha
Bangun Citra insan cerdas berjaya.

Selasa, 08 Desember 2009

Wuih.. Kompos Sampah Pasar Jadi "Runner Up" BBC World Challenge



Pekerja menaruh butiran kompos pada granulator yang berputar sebelum dipanaskan di PT Godang Tua Jaya Farming di Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, awal April lalu. Di kawasan tersebut akan dibangun pengolahan sampah terpadu.
Rabu, 9 Desember 2009 | 11:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Program "Nothing Wastes" Danamon Go Green merebut juara kedua dalam BBC World Challenge 2009 dan meraih hadiah 10.000 dollar AS. Ajang ini merupakan kompetisi global untuk menghargai program inovatif yang memberikan pemecahan masalah di masyarakat. Adapun acara diselenggarakan oleh BBC World News dan Newsweek, bekerja sama dengan Shell.

Adapun juara pertama adalah "A Bright Idea" (Safe Bottle Lamp Project) dari Sri Lanka, dan juara ketiga "Fungi Town" (BTTR Ventures) dari Amerika Serikat.  Nothing Waste terpilih dari 900 program pengembangan masyarakat sedunia, dan satu-satunya program corporate social responsibility bank di antara 12 finalis.

Program ini, menurut Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli Risa Bhinekawati, bertujuan untuk mengonversi sampah pasar tradisional menjadi kompos berkualitas tinggi untuk didistribusikan kepada para petani. Menurut dia, program ini secara sistematis meningkatkan kondisi kesehatan dan kebersihan komunitas lokal serta memberikan manfaat sosial ekonomi bagi komunitas pasar tradisional.

“Seluruh hadiah sebesar 10,000 dollar AS akan kami pergunakan untuk mengembangkan manajemen pengetahuan program ini agar semua proses pembelajaran dan penguatan program dapat berlangsung lebih baik lagi,” kata dia dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Dengan penghargaan sebagai runner-up ini, dia mengatakan bahwa hal ini semakin meyakinkan pihaknya terhadap apa yang dilakukan selama ini. "Pasar tradisional dan pertanian merupakan pilar dari pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Setiap harinya, pasar tradisional menghasilkan ribuan ton sampah, dan 70-90 persen sampah tradisional itu adalah bahan organik berkualitas tinggi," ujarnya.

Program Nothing Wasted bekerja sama dengan pemerintah daerah dan komunitas serupa ini secara sistematis meningkatkan kondisi kesehatan dan kebersihan serta memberikan manfaat sosial ekonomi bagi komunitas pasar tradisional dan petani.

Sampai akhir tahun ini, program sudah direplikasi di 31 kabupaten/kotamadya. Program Danamon Go Green setiap bulannya mengonversi 400 ton sampah pasar menjadi 110  kompos organik berkualitas tinggi yang mengurangi penggunaan pupuk buatan dan mendukung praktik bertani yang ramah lingkungan.